Senin, 16 Juli 2012

Reciprocal teaching



Strategi Reciprocal Teaching


Reciprocal teaching adalah pendekatan konstruktivis yang berdasarkan pada prinsip-prinsip pembuatan / pengajuan pertanyaan (Trianto, 2007 : 96). Menurut Sriyanti dan Marlina ( 2003:118 ) pembelajaran terbalik merupakan  salah satu model pembelajaran yang memiliki manfaat agar tujuan pembelajaran tercapai melalui kegiatan belajar mandiri sehingga peserta didik mampu menjelaskan temuannya kepada pihak lain serta dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar mandiri.
Menurut Suyatno (2009 : 64), reciprocal teaching merupakan strategi pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip pengajuan pertanyaan dimana siswa ketrampilan-ketrampilan metakognitif diajarkan melalui pengajaran langsung dan pemodelan oleh guru. Pembelajaran menggunakan reciprocal  teaching harus memperhatikan tiga hal yaitu siswa belajar mengingat, berfikir dan memotivasi diri. Dalam reciprocal teaching, guru mengajarkan siswa keterampilan-keterampilan kognitif penting dengan menciptakan pengalaman belajar, melalui pemodelan perilaku tertentu dan kemudian membantu siswa mengembangkan keterampilan tersebut atas usaha mereka sendiri dengan pemberian semangat (Brown dalam Trianto, 2007 : 96).
Untuk memahami isi sebuah buku materi siswa harus membaca,dan membaca identik dengan belajar. Belajar ialah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan dan tingkah laku.( R.Gagne dalam Slamet,1995:13 ). Sehingga dengan keterampilan yang dimilikinya siswa mampu memahami isi buku dan mampu mengatasi kesulitannya. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk membantu siswa dalam memahami isi suatu buku adalah model pembelajaran terbalik ( Reciprocal Teaching ).
Berdasarkan pengertian tersebut dapat diartikan bahwa pembelajaran terbalik (Reciprocal Teacing ) adalah suatu metode pembelajaran yang dirancang untuk memberikan manfaat agar tujuan pembelajaran tercapai dan memberikan ketrampilan pada siswa dalam memahami apa yang dibaca didasarkan pada pengajuan pertanyaan.
            Menurut Palinscar,Brown ( dalam Evendi,2001:5 ) kegiatan-kegiatan dalam model pembelajaran tebalik (Reciprocal ) meliputi:
a)        Menyusun pertanyaan
b)        Membuat ringkasan ( ikhtisar )
c)        Membuat prediksi dan
d)       Mengklasifikasi atau mencatat hal-hal yang kurang jelas dari bacaan.
Menurut Suyatno (2009 : 64) langkah-langkah  pelaksanaan reciprocal teaching antara lain :
a)        Membagikan bacaan hari ini
b)        Menjelaskan bahwa guru berperan sebagai guru pada bacaan pertama
c)        Meminta siswa membaca bacaan pada bagian yang ditetapkan
d)       Setelah membaca, siswa disuruh melakukan pemodelan..
e)        Meminta siswa memberikan komentar terhadap pembelajaran guru
f)         Siswa lain membaca dengan tidak bersuara bagian materi bacaan yang lain
g)        Memilih salah satu siswa yang berperan sebagai guru
h)        Membimbing siswa yang berperan sebagai guru
i)          Mengurangi bimbingan siswa yang menjadi guru secara periodic
Pengajaran terbalik terutama dikembangkan untuk membantu guru menggunakan dialog-dialog belajar yang bersifat kerjasama untuk mengajarkan pemahaman bacaan secara mandiri (Trianto, 2007 : 96). Melalui pengajaran terbalik, siswa diajarkan empat strategi pemahaman pengaturan diri yaitu perangkuman, pengajuan pertanyaan, berbicara dan prediksi.
Dalam tahap kelanjutan pelaksanaan reciprocal teaching melalui prosedur harian menurut Wikandari dalam Trianto (2009 : 175) adalah sebagai berikut :
a)        Disediakan teks bacaan berisi materi yang hendak diselesaikan
b)        Dijelaskan bahwa dalam pembelajaran tersebut terdapat beberapa segmen. Segmen pertama guru berperan sebagai pengajar (guru).
c)        Siswa diminta membaca tanpa bersuara teks materi bagian demi bagian.
d)       Jika siswa telah menyelesaikan bagian pertama, dilakukan pemodelan berikut
1)   Pertanyaan yang saya perkirakan akan ditanyakan guru adalah . . . . .
2)   Guru memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk menjawab pertanyaan tersebut
3)   Siswa merangkum dan membacakan kesimpulan dari bagain / sub bab
4)   Memberikan kesempatan kepasa siswa lain untuk memprediksi hal yang akan dibahas pada sub bab / bagian selanjutnya
5)   Siswa memberikan respon
6)   Siswa mampu mengekspresikan apa yang telah guru lakukan
e)        Siswa diminta memberikan komentar tentang pengajaran yang baru berlangsung
f)         Pembelajaran seperti segmen pertama diulang tetapi dengan penunjukan salah satu siswa sabagai guru.
g)        Guru membimbing siswa yang ditunjuk sebagai guru
h)        Guru mengurangi intensitas bimbingan kepada siswa yang berperan sebagai guru sampai siswa tersebut bisa mandiri dan mempunyai inisiatif sendiri untuk membantu siswa lain.

Kelebihan dan Kelemahan Reciprocal Teaching
Abdul Azis (2007 :113) mengungkapkan bahwa kelebihan reciprocal teaching antara lain :
a.       Mengembangkan kreativitas siswa
b.      Memupuk kerjasama antara siswa.
c.       Menumbuhkan bakat siswa terutama dalam berbicara dan mengembangkan sikap.
d.      Siswa lebih memperhatikan pelajaran karena menghayati sendiri.
e.       Memupuk keberanian berpendapat dan berbicara di depan kelas.
f.       Melatih siswa untuk menganalisa masalah dan mengambil kesimpulan dalam waktu singkat.
g.      Menumbuhkan sikap menghargai guru karena siswa akan merasakan perasaan guru pada saat mengadakan pembelajaran terutama pada saat siswa ramai atau kurang memperhatikan.
h.      Dapat digunakan untuk materi pelajaran yang banyak dan alokasi waktu yang terbatas.
Kelemahan reciprocal teaching antara lain :
a.       Adanya kurang kesungguhan para siswa yang berperan sebagai guru menyebabkan tujuan tak tercapai.
b.      Pendengar (siswa yang tak berperan) sering mentertawakan tingkah laku siswa yang menjadi guru  sehingga merusak suasana.
c.       Kurangnya perhatian siswa kepada pelajaran dan hanya memperhatikan aktifitas siswa yang berperan sebagai guru membuat kesimpulan akhir sulit tercapai.
Untuk mengatasi dan mengurangi dampak kelemahan penggunaan strategi reciprocal teaching penelitin dan guru selalu memberikan bimbingan dan pengarahan dalam berbagai kesempatan. Motivasi siswa menjadi bagian penting untuk menumbuhkan kesadaran pada diri siswa terhadap keseriusan pembelajaran.

Model Picture And Picture


Pelaksanaan kegiatan pembelajaran disesuaikan dengan situasi, kondisi dan lingkungan sekolah. Demikian juga halnya dengan satuan pengajaran sebagai bahan materi untuk siswa. Bahan dan materi tersebut disusun berdasarkan model pembelajaran Picture and Picture. Menurut Sopah (2001:464) bahwa bahasa, kosakata, kalimat, gambar atau ilustrasi pada bahan atau materi pembelajaran dapat menumbuhkan rasa percaya diri pada siswa, bahwa siswa mampu dan apa yang di pelajari ada relevansinya dengan kehidupan mereka. Bentuk, susunan dan isi bahan atau materi dapat membangkitkan minat dan perhatian siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengadakan evaluasi diri dan siswa merasa dihargai dan dapat menimbulkan rasa bangga pada mereka.
Menurut  Zainur (2010: 3)  metode  picture and picture adalah metode belajar yang menggunakan gambar dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan logis. Dalam hal ini guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai, menyampaikan materi sebagai pengantar. Setelah itu guru menunjukkan atau memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi. Siswa tidak hanya mendengar dan membuat catatan, guru memanggil siswa secara bergantian memasang atau mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis. Ditanyakan juga alasan atau dasar pemikiran urutan gambar tersebut. Dari alasan atau urutan gambar, guru memulai menanamkan konsep atau materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan / diurutkan menjadi urutan logis (Suyatno, 2009 : 74). Model pembelajaran Picture and Picture ini adalah suatu strategi yang memberi pengalaman-pengalaman belajar yang beragam kepada peserta didik, seperti kerjasama dan interaksi dalam kelompok, mengumpulkan dan menginterpretasikan data membuat kesimpulan, mempresentasikan dan berdiskusi. Melalui potongan-potongan gambar yang harus diurutkan secara sistematis, peserta didik diajak terlibat langsung dalam pengalaman baru, melakukan observasi, mengembangkan observasi terhadap pengalaman yang pernah dialami, serta memecahkan masalah dan membuat keputusan.  Model pembelajaran ini merupakan model yang bertujuan untuk memastikan kepada peserta didik bahwa materi yang diberikan berhubungan dengan dunia nyata sehingga peserta didik mampu mendemonstrasikan apa yang mereka pelajari dalam bentuk suatu kinerja. Dengan melihat dan mengurutkan gambar secara sistematis, seolah-olah peserta didik mengalami sendiri sehingga materi pembelajaran masuk kedalam dunia mereka dan menumbuhkan rasa percaya diri mereka. Melalui hal itu diharapkan peserta didik lebih tertarik pada materi, dapat mengingat, memahami dan menguasai materi sehingga prestasi belajar peserta didik meningkat.
Suyatno (2009 : 116) mengungkapkan bahwa langkah-langkah pembelajaran model picture and picture adalah sebagai berikut :
a)    Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
b)   Guru menyajikan materi sebagai pengantar
c)    Guru menunjukkan / memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi
d)   Guru menunjuk / memanggil siswa secara bergantian untuk memasang atau mengurutkan gambar menjadi urutan yang logis
e)    Guru menanyakan alasan / dasar pemikiran urutan gambar tersebut
f)    Dari alas an pengurutan gambar tersebut, guru memulai menanamkan konsep materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
g)   Kesimpulan / rangkuman.
Menurut Harnadi (http://heruharnadi.0fees.net, 23 Mei 2011) kelebihan model picture and picture adalah melatih siswa untuk berpikir lebih logis dan guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa. Kelemahan model picture and picture adalah :
1)   Tidak semua materi dapat disajikan dengan gambar.
2)   Memakan banyak waktu
3)   Banyak siswa yang pasif
4)   Lebih banyak membutuhkan biaya untuk mencetak gambar

Minggu, 15 Juli 2012

Model Pembelajaran Make And Match


 MODEL PEMBELAJARAN MAKE AND MATCH

Model pembelajaran make and match  adalah sistem pembelajaran yang mengutamakan penanaman kemampuan sosial terutama kemampuan bekerja sama, kemampuan berinteraksi disamping kemampuan berpikir cepat melalui permainan mencari pasangan dengan dibantu kartu (Wahab, 2007 : 59).
Model  make a match atau mencari pasangan merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa. Penerapan metode ini dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin. Teknik metode pembelajaran make a match atau mencari pasangan dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan tehnik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan
Suyatno (2009 : 72) mengungkapkan bahwa model  make and match adalah model pembelajaran  dimana guru menyiapkan kartu yang berisi soal atau permasalahan dan menyiapkan kartu jawaban kemudian siswa mencari pasangan kartunya. Model pembelajaran make and match merupakan bagian dari pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif didasarkan atas falsafah homo homini socius, falsafah ini menekankan bahwa manusia adalah mahluk sosial (Lie, 2003:27). Model make and match melatih siswa untuk memiliki sikap sosial yang baik dan melatih kemampuan siswa dalam bekerja sama disamping melatih kecepatan berfikir siswa.
Model pembelajaran make and match adalah salah satu model pembelajaran yang berorientasi pada permainan. Menurut Suyatno (2009 : 102) Prinsip-prinsip model make and match antara lain :
a)        Anak belajar melalui berbuat
b)        Anak belajar melalui panca indera
c)        Anak belajar melalui bahas
d)       Anak belajar melalui bergerak
Tujuan dari pembelajaran dengan model make and match adalah untuk melatih peserta didik agar lebih cermat dan lebih kuat pemahamannya terhadap suatu materi pokok (Fachrudin, 2009 : 168). Siswa dilatih berpikir cepat dan menghafal cepat sambil menganalisis dan berinteraksi sosial.
Menurut Benny (2009 : 1001), sebelum guru menggunakanan model make and match guru harus mempertimbangkan : (1) indicator yang ingin dicapai (2)kondisi kelas yang meliputi jumlah siswa dan efektifitas ruangan (3) alokasi waktu yang akan digunakan dan waktu persiapan. Pertimbangan diatas sangat diperlukan karena model make and match tidak efektif apabila digunakan pada kelas yang jumlah siswanya diatas 40 dengan kondisi ruang kelas yang sempit. Sebab dalam pelaksanaan pembelajaran, make and match, kelas akan menjadi gaduh dan ramai. Hal ini wajar asalkan guru dapat mengendalikannya.
Model pembelajaran make and match dapat dipergunakan pada alokasi
Dalam mengembangkan dan melaksanakan model Make and Match, menurut Suyatno (2009 : 42) guru seharusnya mengembangkan hubungan baik dengan siswa dengan cara :
a)        Perlakukan siswa sebagai manusia yang sederajat
b)        Ketahuilah apa yang disukai siswa, cara pikir mereka dan perasaan mereka
c)        Bayangkan apa yang akan mereka katakan mengenai diri sendiri dan guru
d)       Ketahuilah hambatan-hambatan siswa
e)        Berbicaralah dengan jujur dan halus
f)         Bersenang-senanglah bersama mereka
Model pembelajaran make and match merupakan model yang menciptakan hubungan baik antara guru dan siswa. Guru mengajak siswa bersenang-senang dalam permainan. Kesenangan tersebut juga dapat mengenai materi dan siswa dapat belajar secara langsung maupun tidak langsung.

Langkah-langkah Model Make and Match
Langkah-langkah penerapan model make and match adalah sebagai berikut
a)        Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.
b)        Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban.
c)        Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.
d)       Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Misalnya: pemegang kartu yang bertuliskan nama tumbuhan dalam bahasa Indonesia akan berpasangan dengan nama tumbuhan dalam bahasa latin (ilmiah).
e)        Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
f)         Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang telah disepakati bersama.
g)        Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.
h)        Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok.
i)          Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.
Waktu minimal 1 x 45 menit. Sebab model ini membutuhkan waktu lebih untuk permainan mencocokkan kartu dan membahasnya satu persatu dan menarik kesimpulan. Persiapan yang perlu dilaksanakan untuk pembelajaran make and match harus cukup karena harus membuat soal atau jawaban yang berbeda dan ditempel di kartu sebanyak jumlah siswa.